Kumpulan Cerita Pendek

Cerpen - Mungkin menurut saya, Cerita pendek adalah cerita yang biasa dibuat pendek agar pembaca tidak bosan dengan cerita tersebut :)

Berikut ini Beberapa Cerita pendek, silakan anda membacanya sendiri.


Air Penjemput Kematian

HARI telah menunjukkan pukul 10.00 pagi. Murid-murid sekolah berbondong-bondong keluar kelas, berebutan pergi ke kantin. Namun tidak untuk sebuah kelas, kelas tersebut masih terdengar suara, riuh rendah murid-murid yang bertukar cerita.

“Iya, aku tidak bohong kok. Kolam renangnya memang bagus. Namanya juga kolam renang hotel bintang enam,” ujar Karin mencibir temannya yang meledeknya berbohong.

Aku yang mendengar kisah Karin juga sedikit kurang percaya. Entah kenapa akupun tidak tahu. Mungkin aku sudah sering terjebak bualan Karin. Tetapi teman-temanku yang lain memercayai kolam renang bintang enam itu. Kecuali aku dan satu orang temanku yang lain.

“Ditepi kolamnya, ada pasir halus berwarna putih. Katanya sih diambil dari pantai Kuta, Bali. Pokoknya kalian harus ke kolam renangnya,” Karin berbicara lagi sambil mengelap mukanya dengan tisu galon. Tampaknya ia serasa menjadi seperti aktris terkenal karena kami mengerubunginya.

Lama-kelamaan, aku jadi termakan omongan Karin tentang kolam renang indah itu. Menurut Karin, kolam itu memang indah, apalagi kalau sudah malam. Disisi kolam terdapat hamparan pasir putih yang terletak pada satu bidang kecil. Lalu ditepi-tepi kolam juga ada batu alam yang ditata sedemikian rupa sehingga bisa dijadikan tempat untuk menanam rerumputan perdu.

Ah, ternyata aku juga ingin ke tempat itu. “Lokasinya dimana, Rin?”

Karin terkejut, mungkin tadi ia sedang termenung ketika kau bertanya, ia mencari asal suara dan memandang wajahku. “Di Jalan Punagara. Kamu pasti tahu jalan itu kan?” Ia malah balik bertanya padaku.

Aku tertegun sejenak, Jalan Punagara. Ya, itu tidak asing lagi. Jalan tersebut mrupakan jalan raya yang menghubungkan kota kami dengan kabupaten terdekat. Di daerah tersebut memang banyak hotel-hotel, perumahan serta tempat rekreasi. “Nama hotelnya apa?”

“Nirvana.” Jawabnya mantap.

“Oh iya, minggu depan aku akan ke kolam itu lagi. Dama rencananya kapan akan kesana?”

“Hmm, sepertinya aku juga akan kesana minggu depan. Semoga kita berjumpa ya.”

Suasana kelas masih riuh rendah, gara-gara mendengar cerita Karin, aku dan teman-teman sekelas ku tidak jadi pergi ke kantin. Aku menyesal dan terpaksa membiarkan perutku kosong hingga bel pulang sekolah dibunyikan. Bel tanda masuk berbunyi. Aku, Karin, dan teman-temanku yang lain berdesakan menuju tempat duduk masing-masing. Sementara itu di luar kelas, bunyi sepatu guru PKN kami telah terdengar.

Sambil menunggu ayah menjemputku, aku mengingat-ingat lagi nama hotel dan alamatnya. Bahkan, sampai aku naik ke motor, di dalam perjalanan menuju ke rumah, masuk ke rumah, makan siang, tidur siang, nama hotel dan alamatnya tak pernah lupa ku ucapkan dalam hati.

Malamnya, aku melihat ibuku yang sedang menjahit kancing baju dinasnya yang terlepas. Suasana hati ibu—menurutku sedang cerah. Tadi siang ibu telah menerima gaji. “Aman,” Pikirku.

“Bu, ibu.” Panggilku.

Ibuku menoleh, “Ada apa?”

“Bu, hari minggu nanti kita ke hotel Nirvana, ya?”

Ibuku mengernyitkan dahinya, “Apa? Ke hotel? Apa kau sudah tak ingin tinggal di rumah ini lagi?”

Ibuku salah paham, ini berbahaya. “Tidak, tidak seperti itu. Teman Dama bilang, di hotel Nirvana ada kolam renang yang bagus bu. Kita kesana ya?” Bujukku.

Ibuku tertawa mencemooh, “Tak ada faedahnya. Kau kan tak pandai berenang.”

Perdebatan kecil namun sengit terjadi diantara kami. Ayah yang sedari tadi mengunyah kacang, meenggeleng-gelengkan kepalanya. Aku berdalih dengan alasan penyegaran otak—refreshing menurut bahasa kotanya. Ibuku tetap dengan pendiriannya, beralasan bahwa uang untuk masuk ke hotel itu mahal, lebih baik digunakan untuk hal-hal yang berfaedah. Tetapi pada akhirnya, perdebatan itu kumenangkan. Rasanya aku sudah tidak sabar menunggu hari minggu.
***

Hari minggu pun tiba. Aku telah berisap-siap membawa tas ransel berisi peralatan untuk berenang. Setelah memastikan tak ada yang tertinggal, kami langsung berangkat menuju hotel itu. Setibanya disana aku termangu melihat kemegahan hotel tersebut. Hotel tersebut dengan angkuhnya berdiri di antara gedung-gedung lain. Tulisan di depan gedung tersebut, NIRVANA LUXURY HOTEL. Di bawahnya aku melihat tergantung sebuah spanduk bertuliskan makan malam spesial di hotel tersebut. Dengan biaya Rp 325.000,00 seporsi. Bulu romaku bergidik melihat angka yang tertera. Memang benar-benar Lux.

Aku, dan ibuku melangkah masuk ke bagian belakang hotel, tempat kolam renang itu berada. Sementara ayahku memutuskan untuk pergi ke toko buku di sekitar hotel tersebut. Ketika ibuku tengah sibuk membayar biaya, aku melihat sebuah plang, wajib berpakaian renang. Hatiku berdesir, aku tidak membawa pakaian renang—tidak punya lebih tepatnya. “Ah, biarkan saja lah. Kan tidak mungkin aku membeli pakaian renang sekarang juga,” Aku dan ibuku memasuki area kolam dan benar saja, kolam tersebut memang indah. Wangi lilin aromaterapy yang diletakkan di salah satu sudut sangat terasa. Aku berlari-lari kecil menuju kamar ganti. Setelah mengganti pakaianku dengan kaus oblong warna hitam dan celana hawai, aku langsung nyebur ke dalam kolam. Sementara itu aku lihat ibuku tengah asyik mengoborol dengan teman kantornya yang kebetulan ada di sana.

Aku mulai bergerak-gerak di dalam kolam. Makin ke depan, maka makin dalam ternyata. aku memutuskan untuk bermain hanya di tempat yang dangkal saja. Apalagi kulihat, tempat yang dangkal lebih ramai. Diujung sana, di tempat yang dalam, malah sepi.

Aku mencba memasukkan kepalaku ke dalam air, mencoba untuk menyelam. Namun entah kenapa, aku merasa makin terbawa air kolam. Makin keujung. Aku kaget dan meronta-ronta. Aku telah terbawa entah di kedalaman yang mana. Tadinya air kolam hanya sebatas perutku, namun sekarang kepalaku bahkan tenggelam di dalam air, padahal aku sudah berdiri tegak. Aku sesak nafas. Kepalaku timbul tenggelam. Aku sudah menelan banyak air. Aku mencoba berteriak tapi suaraku tak kunjung keluar. Semakin lama semakin dalam kepalaku masuk ke air. Aku makin lemas dan pasrah kepada Allah. Antara sadar dan tidak, berkelebat di mataku lorong putih. Terlintas bagaikan rol film semua kejadian yang pernah aku lewati. Mulai dari belajar membaca bersama ibu, masuk TK, menangkap serangga bersama ayah, berlibur ke Tanjung Pinang, sampai pada saat  menerima rapor semester kemarin. Aku sadar inilah tanda ajal menjemput.

Tanganku sudah tak sanggup lagi menggapai-gapai. Namun, ketika aku menggapaikan tangan untuk terakhir kalinya, tanganku meraih rerumputan perdu yang tumbuh di tepi kolam. Namun saat itu juga aku medengar ada yang berbisik kepadaku, “Kali ini kau selamat. Namun nanti, kapanpun kau ke tempat ini lagi, kau akan mati,” aku ketakutan. Aku mencoba mengangkat tubuhku sendiri ke tepi batu-batu alam. Betapa terkejutnya aku ketika bangkit diatas batu-batu alam dan melihat aku ada di kedalaman 3 meter. Aku melihat di sekelilingku, masih banyak pengunjung, bahkan bertambah ramai. Namun entah kenapa ketika di dalam kolam tadi aku merasa kosong, dan hampa.
***

Keesokan harinya ketika pulang sekolah, aku mengajak Karin berbicara sesuatu di belakang pagar sekolahku. Aku menceritakan seluruh kejadian yang aku alami kemarin. Dan Karin sepertinya menganggap kisahku ini seperti dongeng putri salju yang biasa ia dengar.

“Apa waktu kamu kesana, tidak mengalami kejadian itu?” Tanyaku penuh harap pada Karin.

Karin tiba-tiba saja membesarkan matanya dan memandangku penuh arti, “Kamu tahu? Kamu adalah sasaran utama, yang entah kenapa bisa lolos dari terkaman maut penghuni kolam itu. Suatu keajaiban.”

Aku tercengang, “Apa kamu berhubungan dengan semua ini? Apa maksudmu sebenarnya?”

Karin tersenyum pahit, “Menurutmu bagaimana?”

Karin membiarkan pertanyaan itu menjadi pertanyaan retoris buatku. Ia berjalan keluar perkarangan sekolah dan menghilang di balik tikungan. Aku termangu sendirian.***



Cerpen 2 

Cinta Tanah Air dan Bangsa 

Hilangnya rasa cinta tanah air yang dimiliki oleh bangsa Indonesia memang telah memudar. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya kasus korupsi, buang sampah sembarangan, penebangan pohon secara liar, dan banyaknya pembajakan terhadap produk-produk tertentu hingga kasus bom yang baru-baru saja terjadi.

Sementara banyak orang yang berspekulasi tentang penyebab kejadian pengeboman tersebut, sebenarnya yang menjadi akar permasalahannya adalah kurangnya atau punahnya rasa cinta tanah air.Kita sebut saja jika mereka memang mempunyai rasa cinta tanah air, maka mereka tidak akan melakukan aksi pemboman di negeri sendiri.Tidak ada keuntungan dari aksi pemboman ini, tragedi ini hanya mengakibatkan citra Indonesia semakin buruk di mata dunia,yang berakibat banyak negara yang melarang warganya untuk mengunjungi Indonesia, sehingga devisa negara berkurang,yang mengakibatkan berkurangnya pemasukan kas negara.

Berkurangnya pemasukan kas negara mengakibatkan kondisi perekonomian semakin kacau,akan semakin banyak gelandangan di Indonesia,dan rakyat miskin akan semakin bertambah. Dan pada akhirnya rakyat juga-lah yang menjadi korban akhir dari dampak pemboman ini.Mereka yang membom mereka juga yang akan merasakan akibatnya.

Jika saja mereka memang memiliki rasa cinta tanah air yang besar, sudah pasti mereka tidak akan melakukan pemboman di negeri sendiri, dan tidak juga melakukan pemboman di negeri lain.Hilangnya jati diri bangsa,kurangnya kepedulian terhadap sesama,kurangnya rasa cinta tanah air lah yang meyebabkan hal ini dapat terjadi.Cinta tanah air,berarti mencintai Indonesia apa adanya, kita adalah satu keluarga besar yang terdiri dari berbagai macam kebudayaan masing-masing, cintailah itu, banggalah menjadi sebuah bangsa yang memiliki kebudayaan yang unik dan cintailah negrimu.Apapun dan bagaimanapun ini adalah negeri kita Indonesia tempat kita bernapas, tempat kita berlindung maka dari itu cintailah Indonesiamu.

Bisa dikatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia ini dilahirkan oleh generasi yang mempunyai idealisme cinta tanah air & bangsa, kalau tidak, mungkin saat ini kita bangsa Indoneia masih dijajah oleh Belanda yang luas negaranya dibandingkan pulau Bali saja masih luasan pulau Bali. Kita harus sangat terimakasih kepada para tokoh yang mencentuskan pembentukan organisasi Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908, para pencetus Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, dan para tokoh yang memungkinkan terjadinya proklamasi 17 Agustus 1945. Saya sangat yakin mereka adalah contoh paling pas untuk dijadikan tokoh-tokoh nasionalis tulen yang cintanya pada tanah air dan bangsa melebihi cintanya pada diri sendiri yang kita harus hormati sepanjang masa.

Bagaimana dengan saat ini, masih adakah diantara kita yang mencintai tanah air dan bangsa melebihi cintanya pada diri sendiri? Atau pertanyaan ini pertanyaan yang cukup bodoh untuk diajukan? Siapa yang masih perlu mecintai tanah air dan bangsa Indonesia? Yang penting asal kita bisa hidup cukup sandang, pangan dan papan sudah cukup, kalau ada kelebihan sedikit untuk bisa jalan-jalan ke mall, makan enak di café, atau pergi karaokean kan sudah cukup, untuk apa mikirin cinta tanah air dan bangsa! Bahkan kalau mungkin bisa punya rumah yang megah, mobil mewah, dan menyekolahkan anak keluar negeri, setiap tahun bisa liburan kemana kita mau pergi kan sudah lebih dari cukup! Tapi masih ada juga dari bangsa kita yang bergulat dengan kemiskinan untuk makan saja susah dan tinggal di rumah yang lebih mirip kandang dari pada disebut rumah, dan jumlahnya juga tidak sedikit bisa mencapai 50 juta jiwa bangsa Indonesia, apakah masih ada perlunya mencintai tanah air dan bangsa?.

Apakah masih relevan kita mencintai tanah air dan bangsa pada zaman globalisasi ini? Bukankah tanah air dan bangsa ini sudah nggak jelas batas-batasnya dengan adanya era globalisasi? Ada internet yang menghubungakan setiap orang untuk bisa berhubungan satu sama lain setiap saat keseluruh dunia. Belum lagi adanya Hand Phone atau kalau diluar negeri lebih dikenal dengan nama Mobile Phone, yang juga kita bisa berhubungan dengan siapapun ke hampir seluruh pelosok dunia. Kalau secara fisik mau bertemu ada yang namanya penerbangan murah yang siap menerbangkan kita kemana saja dengan harga yang murah (bagi yang terjangkau). Kenapa kita mau membatasi hanya tanah air dan bangsa Indonesia saja.

Kita juga bisa bertanya apakah bangsa Amerika, bangsa Jepang, bangsa China, bangsa Singapore (walupun kecil mereka marah kalau tidak disebut Singaporean), bangsa Malaysia, bangsa Korea masing-masing tidak lagi mencintai tanah air dan bangsa mereka sendiri-sendiri toh secara bersama-sama telah menjadi warga dunia. Saya tidak tahu jawabnya, kalau ketemu mereka kita bisa bertanya apakah mereka masih bangga menjadi bangsa mereka sendiri sebagai suatu indikasi bahwa mereka mencintai tanah air dan bangsanya atau lebih bangga menjadi warga dunia? Kita juga bisa bertanya pada diri kita sendiri kita lebih bangga menjadi bangsa Indonesia atau lebih bangga menjadi warga dunia atau mungkin lebih bangga jadi bangsa lain?

Belajar dari bangsa Korea

Saya berkesempatan mengunjungi Seoul, ibukota negara Korea Selatan, dua kali pada tahun 1982 dan 1987.Ada yang konsisten yang tetap dilakukan oleh oleh mereka dalam periode dua kali kunjungan tersebut, yang mungkin masih dilakukan mereka sampai saat ini, yaitu penghormatan mereka terhadap lagu dan bendera kebangsaan mereka. Setiap hari dua kali, pagi hari menaikkan bendera dan sore hari menurunkan bendera, setiap kegiatan (kecuali kendaraan yang melaju dijalan) berhenti dan setiap orang berdiri untuk menghormati penaikan bendera dan penurunan bendera. Walaupun mereka sedang jalan, mereka berhenti, walaupun mereka sedang makan, mereka berhenti dan berdiri, walaupun sedang sekolah, sedang meeting, mereka berhenti dan berdiri. Ini jelas refleksi penghormatan pada lagu kebangsaan dan bendera kebangsaan sebagai simbolisasi kecintaan bangsa Korea pada tanah air dan bangsanya.

Pada waktu dulu saya belum tahu, saya kira bangsa Korea adalah termasuk bangsa Cina. Karena orangnya dan tulisannya mirip etnik Cina atau Jepang Pada waktu saya ke Korea, saya tanya pada mereka bukannya mereka dulunya bagian dari Cina atau Jepang, ternyata mereka marah besar, bangsa Korea adalah bangsa Korea bukan bangsa Cina dan bukan bangsa Jepang. Saya baru tahu belakangan bahwa sejarah Korea mempunyai komplikasi konflik sepanjang sejarah dengan bangsa Cina dan Jepang secara bergantian. Kita jadi juga mengerti betapa negara dan bangsa Korea yang secara geografis adalah semenanjung diantara dua bangsa besar dikiri dan kanannya yaitu Cina dan Jepang mencoba untuk eksis sebagai bangsa. Justru mulai timbul kekaguman saya pada bangsa Korea yang akhir-akhir ini telah memanfaatkan media yang sangat berpengaruh yaitu TV untuk berbicara kepada dunia siapa sebetulnya bangsa Korea.

Ternyata melalui media TV dengan membuat film seri bertema sejarah yang dibuat dengan biaya yang luar biasa besar dengan kwalitas suara dan gambar HDTV (High Difinition TV), dengan aktor dan aktris yang hebat yang membuat kita yang menonton dibuat kagum dengan bangsa Korea dan memaksa kita mempelajari sejarah bangsa Korea. Bahkan generasi muda Korea juga dibuat tergugah dengan film seri ini ini ter-refleksi pada forum internet seperti “www.soompi.com” yang membahas dan mengikuti perkembangan dan membahas dengan atusias film seri TV tersebut.

Film seri yang saya maksud adalah film seri TV berjudul Jumong yang berdurasi putar 60 menit setiap episode dengan total tayang 82 episode. Film seri TV ini juga sudah diputar di Taiwan, Filipina, Thailand, Singapore, Malaysia, USA, Kanada, dan Eropa. Sungguh mengherankan kenapa TV di Indonesia tidak tetarik menayangkannya? Kalau kita punya broadband, sebetulnya bisa menikmati TV seri ini secara langsung lewat TV internet, sayangnya internet broadband masih sangat mahal di Indonesia, atau bisa juga menikmati sampai sekarang dengan VOD (Video On Demand). Jadi melalui TV Korea yang menyiarkan levat TV Internet, dinegara manapun kalau ada sambungan internet broadband bisa juga langsung menikmatinya. Untungnya di Jakarta ada DVD bajakan yang dijual bebas di mall-mall, jadi dengan biaya relatif murah dan kwalitas yang cukup bagus bisa menikmasi film seri ini dari awal sampai akhir, sambil mengikuti diskusi di forum website “www.soompi.com”.

Melalui film ini, saya baru tahu bahwa pada abad menjelang Masehi, Korea adalah kerajaan besar dengan nama Goguryeo yang mengalahkan Dinasti Han dari Cina dan menguasai area seluruh jasirah Korea sampai dengan sebagai besar Manchuria saat ini. Film seri ini memceritakan perjuangan Jumong pendiri negara Goguryeo, membentuk Dinasti yang berumur sampai 600 tahun yang akhirnya dikalahkan oleh Dinasti Tang dari China yang mendapat bantuan dari negara kecil di Korea bagian selatan, Silla.

Mungkin motivasi produsennya adalah sepenuhnya komersial, dan secara komersial memang fim seri Jumong sangat unggul dibandingkan dengan flim seri serupa buatan China, Hongkong, atau Taiwan. Tapi kenapa bisa menimbulkan gelombang kebanggaan pada masyarakat Korea, pasti ada unsur idealis semacam propaganda yang seolah-olah Korea ingin mengatakan pada dunia, ini adalah Korea yang sebenarnya yang telah pernah mengalami masa kejayaannya, tidak kalah besar dengan bangsa Cina atau Jepang. Saya melihatnya justru bangsa Korea ingin menunjukan identitas nasional mereka, kecintaan mereka sebagai bangsa Korea, yang memang saat ini sudah sangat maju dari sisi tehnologi, dan mencoba membangkitkan kembali dengan memanfaatkan tehnologi yang ada kebanggaan mereka sebagai bangsa Korea yang kuat dan besar. Menurut saya melalui film TV seri ini cukup berhasil. Ada selentingan bahwa film TV seri ini dilarang diputar di Cina, karena ada komplikasi versi sejarah Cina berkenaan dengan area kekuasaan Goguryeo yang saat ini merupakan bagian dari Cina.

Film TV seri Jumong ini berhasil mencapai rating berkisar antara 40% s/d 60% tergantung eposidenya, yang suatu rekor di masyarakat Korea itu sendiri untuk film seri bertemakan sejarah. Kemudian film TV seri ini secara overlap diikuti dengan film seri Dae Joyoung yang total episodenya mencampai 134 dengan tayang 60 menit setiap episode. Film seri ini menceritakan kejatuhan kerajaan Goguryeo pada abad ke 6, dibawah kepemimpinan Jendral Yeon Gaesomun berhasil berkali-kali mengalahkan serangan Dinasti Tang yang dipimpin langsung oleh kaisarnya, Kaisar Li Shi Min, dan baru bisa dikalahkan setelah Li Shi Min meningal digantikan oleh anaknya dengan bantuan negara kecil Korea bagian Selatan, Silla. Kemudian salah satu panglima perangnya Dae Joyoung melanjutkan Dinasti Goguryeo dengan mendirikan kerajaan Balhae di area Manchuria saat ini. Walaupun tidak sehebat TV Seri Jumong, Dae Joyoung juga cukup mendapatkan perhatian di masyarakat Korea. Ternyata melalui media film TV seri, Korea bisa membangkitkan cinta tanah air dan bangsa.

Sejarah sebagai inspirasi cinta tanah air dan bangsa

Pada hakekatnya cinta tanah air dan bangsa adalah kebanggaan menjadi salah satu bagian dari tanah air dan bangsanya yang berujung ingin berbuat sesuatu yang mengharumkan nama tanah air dan bangsa. Pada keadaan yang amburadul saat ini apa yang bisa dibanggakan dari negara dan bangsa Indonesia? Generasi “founding fathers” pada masa penjajahan berhasil membangkitkan rasa cinta tanah air dan bangsa yang pada akhirnya berhasil memerdekakan bangsa Indonesia. Kalau saja rasa cinta tanah air dan bangsa sekali lagi bisa menjadi faktor yang memotivasi bangsa Indonesia, ada kemungkinan bangsa Indonesia akan bisa bangkit kembali dengan masyarakatnya bisa menghasilkan karya-karya yang membanggakan kita sebagai bangsa.

Bangsa Korea yang selalu memotivasi dirinya dengan menghormati bendera dan lagu kebangsaannya, selalu memotivasi bangsanya untuk mencintai tanah air dan bangsanya. Walaupun dengan prestasi yang produk elektonik dan automotif-nya yang mampu ikut meramaikan pasaran dunia, Koreapun masih menggali inspirasi sejarah untuk diceritakan pada dunia bahwa bangsa Korea adalah bangsa yang besar dan hebat.

Bung Karno dulu juga sering menceritakan kebesaran kerajaan Majapahit untuk memotivasi bangsa Indonesia bahwa kita dulu adalah negara yang besar, dengan kekuatan armada lautnya bisa menguasai seluruh Nusantara, termasuk Singapore, Malaysia, Madagaskar, bahkan juga selatan Taiwan. Bahkan menurut sejarah dulu Singapore itu namanya Temasek, dan yang memberi nama ini adalah patih Gajahmada, oleh Raffles entah kenapa diganti jadi Singapore.

Kadang-kadang saya membayangkan kalau kisah kejayaan Gajahmada/Majapahit dibuat film TV seri dengan kwalitas seperti film TV Seri Korea, pasti bisa menumbuhkan kembali, kecintaan kita pada tanah air dan bangsa Indonesia. Pernah pada suatu saat ada bisnis meeting yang dihadiri oleh delegasi seluruh Asia Tenggara, pada waktu makan malam saya cerita pada mereka bahwa dulu di Indonesia pada abad ke 13 pernah ada kerajaan Majapahit yang menguasai Singapore, Malaysia, bahkan sampai ke Madagastar dan selatan Taiwan, mereka memandang bengong ke saya, seolah-olah saya orang yang baru mimpi atau orang gila barangkali dan mereka tidak ada yang percaya. Pasti mereka punya versi sejarah masing-masing yang berbeda dengan versi kita atau mungkin tidak pernah diceritakan perihal kerajaan Majapahit abad ke 13 ini. Oleh karena itu Korea perlu menceritakan sejarah versinya (yang sudah pasti beda dengan versi Cina dan versi Jepang) kepada dunia melalui media yang mendunia, tentang kebesaran bangsa Korea masa lalu.

Sungguh disayangkan, kualitas film TV seri kita tidak bisa membuat saya tergerak untuk menonton satupun, kalau sekelibat lihat di TV, tehniknya sangat primitif, akting aktor dan aktrisnya amburadul, apa bisa membuat pemirsa seluruh dunia mau menonton? Kalau ada insan film dan produsen kaya nasionalis yang membaca artikel ini, anggap saja ini satu tantangan untuk membuat film TV seri Gajahmada / Majapahit dengan kwalitas seperti film TV seri Korea, Jumong atau Dae Joyoung yang bisa diputar mendunia (kalau diputar mendunia pasti menguntungkan juga akhirnya).

Walaupun bagaimana, Indonesia ini adalah tanah air dan bangsa kita sendiri yang kita wajib untuk mencintainya dengan segala kekurangannya. Sungguh sayang apabila warisan NKRI yang sudah diwariskan kepada kita dengan banyak pengorbanan darah dan airmata dari para “founding fathers” ini tidak kita cintai untuk dijadikan Negara dan Bangsa yang maju dengan masyarakatnya yang adil, makmur dan sejahtera seperti halnya negara-negara maju lainya seperti USA, Jepang, Singapore, dll Semoga pada suatu saat ada pemimpin setaraf Bung Karno dalam hal membangkitkan kecintaan kita pada tanah air dan bangsa, sehingga seluruh komponen bangsa dengan sungguh-sungguh mau bekerja demi kejayaan Indonesia (bukan dengan sukaria merampok Indonesia, atau membantu para perampok yang hidup mewah di Singapore/Hongkong). Sehingga harapan dari WS Rendra seperti yang dikatakan pada pengukuhannya mendapat gelar Doctor HC, jaman Kalabendu (jaman malapetaka) saat ini segera akan digantikan dengan jaman Kalasuba (jaman sukaria) tidak usah menunggu kedatangan Ratu Adil.

Demikian post cerpen kali ini semoga anda menyukainya.

Kumpulan Cerita Pendek Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 komentar:

Post a Comment